Hari ini memang hari pertama memasuki tahun ajaran baru 2010/2011 di SMA Bumi Pertiwi, tak heran banyak siswa yang sangat berantusias untuk ke sekolah pada hari pertama setelah libur panjang semesteran ini, tak terkecuali Veve yang sekarang ini resmi menyandang gelar sebagai murid kelas tiga SMA Bumi Pertiwi. Dengan wajah berseri Veve pun bersiap untuk berangkat ke sekolah, sesampainya di sekolah ia melihat ada kerumunan disekitar papan pengumuman, dalam batinnya ia malas sekali berdesak-desakan tapi apa daya ia harus melihat daftar pembagian kelasnya, tapi tak berapa kemudian ada seseorang yang berlari menghampirinya sambil meneriakkan namanya ya orang itu adalah Ata sahabat Veve sejak duduk di sekolah dasar, "Veveee ...... " teriaknya dari kejauhan, hingga semua orang yang ada dalam kerumunan mengalihkan perhatiannya sejenak dari papan pengumuman. "Heh apa-apaan sih kamu? Nggak malu apa dilihatin orang segini banyak?" kata Veve dengan nada sedikit mengomel. "Hehehe ya maaf, aku begini kan gara-gara kangen sama kamu." rayu Ata. "Kangen sih kangen, menurutmu aku juga nggak kangen sama kamu apa, tapi kan nggak gitu-gitu amat kali!" balasnya dengan sedikit kesal dan menahan malu. Maklum saja mereka kangen karena selama liburan ini Veve dan Ata nggak pernah ketemu sama sekali, karena Veve berobat di Singapura, Veve memang mengidap penyakit Leukimia stadium akhir walaupun peluang untuk sembuh sangat kecil tapi Veve selalu optimis bahwa dia mampu bertahan melawan penyakit ini. Walaupun penyakitnya mematikan tapi tak ada seorangpun temannya yang tau, itu karena dia tidak ingin membuat teman-temannya khawatir dan teman-temannya pun tak ada yang menaruh curiga padanya karena semua itu tertutup sempurna dengan tingkah laku Veve yang terlihat seolah-olah dia sehat sama dengan yang lainnya. "Iyadeh iya, oh iya kamu nggak usah lihat papan pengumumannya, soalnya ..... KITA FIX SEKELAS yeeee." Sahut Ata dengan antusias. "Ah yang bener aja lo, ini seriusan?" tanya Veve tidak percaya. "Iya lah, buat apa juga aku bohong!" jelas Ata. "Oh Thanks God, lega banget deh aku." Saking senangnya Veve pun memeluk Ata dengan erat hingga Ata merasa sesak. "Gila kamu, mau ngebunuh aku ya?" sambil menggerutu. "Hehe maaf, habis aku seneng banget sih bisa bareng sama kamu lagi, yaudah ke kelas yuk!" ajak Veve. Setibanya di kelas Veve dan Ata pun duduk di tempat paling belakang karena hanya itu tempat yang tersisa untuk mereka berdua. Tak lama kemudian wali kelas mereka pun masuk dan memperkenalkan diri kepada murid-muridnya. "Perkenalkan nama saya Khumairah Nuraini, tapi biasa dipanggil Bu Mirah dan selama satu tahun pelajaran ini saya lah yang bertugas untuk menjadi wali kelas X 2 ini, baiklah sebelum kita mulai kegiatan selanjutnya saya ingin kalian memperkenalkan diri satu per satu." Setelah acara perkenalan selesai, Bu Mirah mengeluarkan kotak kecil berwarna merah muda dan ternyata isinya kunci loker yang akan dibagikan kepada kami. "Anak-anak acara selanjutnya yaitu pembagian kuci loker, semoga loker ini bisa bermanfaat untuk kalian semua misalnya untuk menyimpan alat ibadah atau buku-buku pelajaran." Setelah mendapatkan kunci loker, Veve dan Ata pun bergegas membersihkan loker kami masing masing, Veve mendapat loker nomor 314 walau itu bukan angka cantik tapi menurutnya loker itui akan membawa keberuntungaan untuknya.
***
Hari-hari Veve disekolah berjalan biasa saja selama kurang lebih 6 bulan hingga pada suatu hari saat istirahat Veve pergi ke perpustakaan seorang diri tanpa ditemani Ata. Saat Veve sedang memilih-milih buku di rak bagian bawah tiba-tiba kepalanya tertimpa sebuah buku yang lumayan tebal, rasanya sakit bukan main hingga ia ikut terjatuh di lantai dan tanpa ia sadari kunci lokernya terjatuh dan terlempar lalu tiba-tiba seorang anak lagi-laki yang asing wajahnya bagi Veve mendekat dia memungut kunci loker itu tapi karena ia sangat panik ia lupa memberikan kunci itu pada Veve. "Kamu nggak papa? Maaf, aku bener-bener nggak sengaja." katanya dengan lembut tapi terlihat cemas sambil mengusap kepala Veve. "Hmm sudahlah, nggak papa kok cuma sakit sedikir paling nanti juga sembuh." sahutku seraya menahan rasa sakit. "Aku benar-benar minta maaf, sebagai permintaan maafku biar kau kuantar ke kelas." Veve pun mengiyakan tawarannya. "O iya, namamu siapa? Aku Sadam." "Aku Veve, kamu kelas apa ya? Kok aku nggak pernah lihat?" tanya Veve. "Aku anak X6, aku memang jarang keluar sih, hampir semua waktu istirahat aku habiskan di perpustakaan." "O pantes aja, kutu buku nih ceritanya hehe." "Haha nggak gitu juga kalik, ternyata kamu itu orangnya asik juga ya." katanya sambil menatap Veve dengan senyuman, Veve hanya membalasnya dengan senyuman juga. "Yah sayang banget ini udah nyampek kelasmu, padahal sih masih pengen ngobrol tapi yaudah deh kamu kan juga harus istirahat, kalau gitu see you next time." Veve nggak tau kenapa waktu berasa jalannya cepet banget waktu sama dia. "Heh, ngelamun aja kamu ini, ntar kesambet baru tau rasa hlo." suara Ata membuyarkan lamunan Veve. "Ih siapa juga yang ngelamun!" elakku. "Masih aja ngelak ini anak." "Eh ayo ke loker ambil buku biologi." ajaknya. "Ayo!" sahut Veve cepat. Tapi sesampainya di loker, Veve bingung karena dia nggak menemukan kunci lokernya dimana-mana. "Gawat, kunci lokerku hilang Ta." kata Veve panik. "Udah tenang aja, nanti juga ketemu, paling lagi nyelip dimana gitu." jawab Ata santai.
***
Tiga hari telah berlalu setelah kejadian yang itu, tiba-tiba saat Veve membuka hp ada sms dari nomor yang tak ia kenal yang berisi "Hai Veve, selamat malam? Kamu lagi apa nih? O iya, kemarin waktu kamu jatuh aku nemuin kuci loker 314, apa itu punyamu? -dr: Sadam-" tanpa ia sadari sebuah senyum manis telah mengebang dibibirnya. Pada malam itu pula, tak tau mengapa Veve merasa sangat nyaman sekali dengan Sadam. Keesokan harinya Sadam mengembalikan kunci loker Veve dengan cara yang sangat romntis yaitu dengan mengikatkan kunci pada sebatang cokelat kesukaan Veve. Hari demi hari mereka lalui bersama walau itu hanya sebatas lewat sms, tapi Veve tak tau kenapa semakin lama mereka semakin dekat, dan Veve pun sudah tak ragu lagi untuk mengakui bahwa ia memang menyukainya. Veve pun mulai memperkenalkan sosok Sadam kepada Ata, tapi sungguh sangat tak diduga respon Ata terhadap kelanjutan hubungan mereka sangat berbanding terbalik dengan apa yang iaharapkan. "Ve, kamu yakin sama dia? Tapi aku rasa kamu bisa deh dapet yang lebih baik dari dia!" katanya sedikit ketus. "Tapi Ta, kamu kan tau dia itu orangnya baik, perhatian, pinter dan imannya bagus, jadi apa lagi dong yang jadi alesan kamu bilang dia nggak pantes buat aku?" tanya Veve bingung. "Ya gitu deh pokoknya, ya kalo kamu mau dengerin omonganku sih syukur, kalo enggak yaudah!" katanya lalu pergi begitu saja.
***
Saat Veve dan Ata sedang sibuk menata buku di loker tiba-tiba Sadam mengejutkan Veve dari belakang. "Morning my sunshine Veve" katanya sambil tersenyum lebar. "Oh jadi, yang disapa cuma Veve aja nih? Trus aku kamu anggep apa? Patung?" kata Ata dengan emosi lalu meninggalkan mereka berdua."Kamu sih, kalau ada tolong Ata disapa juga ya." pinta Veve dengan lembut. "Iya, maaf." sahutnya dengan rasa bersalah. -Keesokan harinya di kantin sekolah-
"Hai Ta." sapa sadam. "Hai juga Dam." jawab Ata sambil tersenyum lebar dan Veve mengawasi mereka dari kejauhan untuk menyelidi kenapa Ata selama ini jutek sama Sadam, tapi hal yang dilihat Veve lihat justru berbanding terbalik dengan yang biasanya ia lihat, ia melihat Ata sangat ramah sama Sadam. " O iya ta, kok sendirian aja Veve kemana?" "Tauk tuh, ke Perpustakaan kalik." "Oh yaudah kalo gitu aku titip ini ya!" sambil menyodorkan sebatang cokelat. "Oh jadi cuma Veve aja nih yang dikasih cokelat, kamu pikir aku kacung apa? bisa kamu suruh-suruh seenak jidat!" jawabnya dengan ketus lalu pergi meninggalkan Sadam. Veve sangat menyaadari perubahan sikap Ata saat Sadam membicarakan tentangnya, Veve langsung berfikir kalau Ata mungkin punya perasaan pada Sadam, dan dia cemburu pada Veve makanya setiap Veve cerita tentang Sadam mood Ata langsung berubah. "Oh jadi ini alasannya." gumam Veve.
"Ta aku mau tanya sesuatu deh sama kamu?" tanya Veve halus. "Apa?" jawabnya ketus. "Apa alasan kamu nggak ngijinin aku jadian sama sadam itu gara-gara kamu juga suka sama dia?" tanyanya lirih. "Kalau memang iya kenapa? Masalah buat kamu? Mau diapain juga dia tetep sukanya sama kamu, Ve!" jawab Ata semakin emosi. "Ta, kita kan udah sahabatan lama, masak gara-gara gini aja kamu jadi berubah gini?" Veve sudah tak sanggup menahan air matanya, yang sudah mulai membasahi pipinya. "Apa? Aku berubah? Nggak salah? Kamu itu yang kecentilan ndeketi cowok yang aku suka! Pokoknya aku nggak akan maafin kamu kalo kamu nggak mau ngejauhin Sadam dan kamu harus buat Sadam nggak cinta lagi sama kamu entah gimana." ujar Ata yang sangat melukai hati Veve. "Oke Ta, kalau itu yang bisa buat kamu nggak marah sama aku lagi, aku bakal lakuin apa yang kamu mau." Kata Veve lalu pergi meninggalkan Ata.
***
Hari ini Sadam menyatakan cintanya pada Veve, "Ve, kita kan udah kenal lama dan kamu juga tau sendiri kan selama ini gimana perlakuanku sama kamu, aku selalu memperlakukan kamu spesial itu karena aku sayang sama kamu, dan aku mau kamu jadi pacarku? Gimana?" kata Sadam dengan mata berbinar. "Maaf Dam, aku bukan orang sempurna yang pantes untuk kamu." Jawab Veve sambil menitihkan air mata. "Apa maksudmu kamu nggak pantes buat aku Ve? Kamu lebih dari sekedar pantes buat aku." Jawab Sadam yakin. "Dia nggak pantes karena selama ini dia deketin kamu itu cuma main-main aja Dam, dia cuma pengen tenar!" sahut Ata. "Apa itu bener Ve? tanya Sadam tak percaya. "Kenapa kamu diem aja Ve? Apa itu bener? Jawab Ve!" Tanya Sadam sambil memegang pundak Veve untuk meminta kepastian. Dan Veve pun hanya dapat mengangguk karena dia tak ingin Ata semakin marah padanya. "Aku nggak nyangka kamu tega banget Ve, kupikir kamu itu orangnya baik, ternyata kamu cuma cewek murahan yang cari tenar!" teriak Sadam lalu meninggalkan Veve. Hati Veve sangat hancur mendengar ucapan yang menyakitkan dari laki-laki yang ia sayangi dan air matanya pun membanjiri pipinya yang halus. Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa Sadam dan Ata telah jadian, dan Veve pun memberi ucapan selamat kepada keduanya walau hatinya hancur dia tak menyangka bahwa Sadam bisa secepat itu melupakannya. "Ta, Dam, selamat ya, kalian memang cocok." ucap Veve dengan senyuman yang mampu menutupi bahwa hatinya hancur. "Iya sama-sama, kami memang pasangan yang cocok." sahut Ata tanpa sedikitpun memperdulikan hati Veve. Setelah kejadian itu Veve sama sekali tak terdengar kabarnya dia tak pergi ke sekolah selama kurang lebih sepekan ini. Diam-diam Sadam pun sangat merindukan Veve, dan dia mencoba mencari tau dimana dia berada. "Ta, kamu tau nggak Veve nggak masuk kemana?" tanya Sadam. "Enggak! aku kan bukan ibunya!" Jawab Ata ketus. Karena Sadam penasaran akhirnya dia membulatkan tekad untuk pergi ke rumah Veve. "Permisi ..." "Iya, sebentar." *suara pintu dibuka* "Iya mas, cari siapa ya?" tanya Mbok Mimin pembantu di rumah Veve. "Hmm Vevenya ada, mbok?" jawab Sadam singkat. "Mas ini temannya mbak Veve ya?" "Iya mbok, saya teman sekolahnya." "Tapi maaf mas, mbak Vevenya udah nggak ada." Jawab Mbok Mimin dengan wajah sedih. "Oh, Vevenya udah pergi ya Mbok? Yaudah kalau gitu nanti aja saya balik lagi." "Bukan begitu Mas, mbak Vevenya sudah meninggal 2 hari yang lalu karena gagal operasi." "Mbok serius? Kenapa teman-temannya nggak dikasih tau mbok? Jawab Sadam sambil menangis. "Iya Mas, mbak Veve memang sudah lama sakit Leukimia nah kemarin mau operasi cangkok sumsum tulang belakang tapi sayang udah terlanjur nggak ketolong, hmm soal ngabarin ke sekolah kayaknya nyonya sama tuan belum siap trima kenyataan kalau putri mereka satu-satunya sudah meninggal. Oh iya mas namanya siapa?" "Saya Sadam mbok." "Mas Sadam? Oh iya ada titipan surat dari mbak Veve buat mas Sadam sama mbak Ata, ini mas." "Makasih mbok, saya pulang dulu." dengan perasaan hancur Sadam pun pergi meninggalkan kediaman Veve.
***
"Ta, aku mau ketemu di taman penting!" isi sms dari Sadam. Dan mereka pun bertemu ditaman, lalu Sadam memberikan surat dari Veve ke Ata. "Nih surat dari Veve." kata Sadam sembari memberikan suratnya pada Ata.
"Dear Ata dan Sadam
Saat kalian membaca surat ini, mungkin aku udah nggak bisa bersama kalian lagi, tapi aku akan selalu bahagia buat kalian.
Kalian berdua adalah orang yang aku sayangi, kalian berdualah yang membuat aku semangat untuk sembuh dari penyakitku yang mematikan ini, walaupun pada akhirnya aku akan kalah dari penyakit ini. Tapi paling enggak aku seneng banget masih diberi waktu untuk mengenal kalian berdua.
Untuk Ata, maaf ya ta kalau selama ini nggak bilang kalau aku punya penyakit leukimia stadium akhir aku nggak mau bikin kamu khawatir dan maaf aku sempat membuatmu benci padaku gara-gara aku udah sayang sama orang yang kamu cintai, tapi sungguh apapun akan aku lakukan untuk memperbaiki hubungan kita seperti dulu, lewat surat ini aku juga mau minta maaf kalau aku hanya dapat menemanimu sampai saat ini saja, dan kamu nggak boleh sedih kalau aku tinggal ya, karena sayangku ke kamu nggak akan pernah pergi kemana-mana kok :)
Untuk Sadam, maaf ya kalau aku pernah buat kamu kecewa, tapi sungguh aku ingin jujur waktu-waktu yang kuhabiskan bersamamu itu sungguh bukan main-main, aku tulus mencintaimu tanpa kecuali dan tanpa kata tapi. Maaf kalau aku tak bisa bersamamu karena aku tau ada seseorang yang mencintaimu sama seperti aku mencintaimu, dan aku memilihnya karena aku yakin dia bisa menemanimu lebih lama dibanding aku, aku cuma nggak mau kamu merakan sedih saat ragaku sudah tak dapat lagi menemanimu makanya aku mau kamu mencintai Ata lebih dari kamu mencintaiku."
***
"Veve itu orang yang baik Dam, dia rela ngorbanin kebahagiaannya demi aku, sahabat yang nggak pantes disebut sahabat! Dia juga sayang banget sama kamu lebih dari aku sayang kamu." ujar Ata penuh sesal. "Iya Ta, aku tau, nggak seharusnya aku dulu percaya gitu aja kalau dia mainin aku, dan nggak seharusnnya aku ngomong kasar sama dia, dia memang bener bener malaikat buat aku, dan maaf Ta, aku nggak bisa sama kamu karena memang nggak ada yang bisa gantiin Veve dihati aku." tegas Sadam. Penyesalan hanya akan selalu jadi penyesalan yang tak kan pernah bisa dirubah, tapi masih bisa diperbaiki untuk kedepannya.
-TAMAT-